JB Is Brand


Saat menghadiri peringatan Muludan di daerah Lebak Tengah dan Utara, sebagian masyarakat sangat antusias dengan membuat berbagai dekorasi dan hiasan yang terbuat dari rangka bambu dan dilapisi dengan kertas wajid warna – warni. Ada yang membuat rumah panggung, masjid, kuda2 an, mobil-mobilan, truk – trukan, pesawat terbang dll. Ada yang menarik dengan apa yang dilakukan masyarakat dengan kreatifitasnya tersebut selain memperingati muludan yang lebih meriah dibanding dengan peringatan Islam lainnya, terutama dengan tulisan JB pada miniatur mobil - mobil dumb truk, storm, becho, bulldoser bahkan di pesawat terbang dengan dilapisi kertas wajid warna kuning dengan tulisan JB warna merah. Saya tanya dengan tokoh masyarakat yang hadir diperingatan tersebut dan dijawab bahwa masyarakat tau nya JB adalah nama yang sering terlihat di alat berat ‘sesungguhnya’ yang sering melintas di daerah tersebut….

Kita juga sering melihat, tulisan JB ada di alat – alat berat milik pemerintah (dumb truk, storm, becho, buldoser dll) selain tulisan DPU tentunya, bahkan diangkot jurusan kota dan desa sekalipun sering terlihat tulisan JB disamping atau dibelakang angkot tersebut, Saat tanya sama supir angkot tentang tulisan JB yang ada diangkotnya, umumnya mereka menjawab untuk memudahkan kalo mereka kena tilang polisi…

Begitu juga dengan masyarakat kota rangkas bitung, JB lah yang mengubah wajah kota dengan Alun – alun Multatulinya seperti miniatur Taman Mini Rangkas bitung, jalan – jalan diperlebar, Masjid Al’Araf di permegah, Rumah Sakit di perluas, Pasar dibuat modern dan tidak kumuh serta gedung birokrasi yang repsentatif dan minimalis….

Masyarakat mengenal JB juga karena setiap turun ke bawah selalu menggunakan mobil forwader (pengiring kendaraan) yang suaranya mirip ambulan (masyarakat menyebutnya mobil uing – uing,red) sehingga sering terkecoh dikira mobil ambulan yang membawa orang sakit atau meninggal…..

Tapi JB pula lah yang menunda pemekaran Kabupaten Cilangkahan menjadi Kabupaten Baru yang membuat sebagian masyarakat Lebak Selatan menunggu akan kepastiannya….

Brand adalah segalanya

What is in a name?” Begitu penggalan ucapan William Shakespeare, yang paling banyak dikutip. “Mawar tetaplah harum meski namanya diganti dengan apa pun,” lanjut pujangga Inggris ini. William Shakespeare sangat keliru besar. Mawar memang tetap harum seandainya namanya diganti. Namun, yang dicari orang adalah mawar - bukan bunga yang beraroma harum, berwarna indah, dan memiliki kelopak berlapis-lapis. Mawar sudah menjadi repsentasi dan asosiasi dari keharuman dan keindahan itu sendiri, Jika namanya diganti, para pecintanya akan menampik dan berpaling darinya.

Nama, brand atau merek adalah repsentasi dan asosiasi sebuah produk – baik mutu, harga, nilai maupun gengsinya. Sepotong nama ini bisa berarti banyak. Brand adalah pukau, daya pikat, pesona sekaligus pembeda produk yang satu dari yang lain. Brand inilah yang memikat orang hingga mengagumi, memburu dan memiliki sebuah produk atau karya. Tanpa Brand yang kuat sebuah produk atau karya hanyalah komoditas rendah meski mungkin dari sisi fungsional manfaatnya sama. Kent Wertime dalam bukunya yang best seller “Building Brands and Believers” di era global kini citra (image) menjadi asset terpenting dalam menentukan sukses atau gagalnya perusahaan.

Stephen King, CEO WPP Group London, mendefinisikan produk sebagai barang yang dihasilkan pabrik , sementara brand adalah sesuatu yang dicari pembeli. “Produk amat mudah ditiru, sementara brand selalu memiliki keunikan dan nilai tambah yang sangat signifikan. Produk cepat usang, sementara brand yang sukses akan bertahan sepanjang zaman”, katanya.

Simak saja brand Coca Cola dan GE (General Electric). Kedua brand ini bertahan hingga ratusan tahun. Bahkan ketika tulang belulang John S. Pemberton (pendiri Coca Cola) dan Thomas Alva Edison (pendiri GE) telah memutih dan menyatu dengan tanah, kedua brand ini bertahan pada posisi puncaknya dan menguasai dunia hingga saat ini.

Memang tidak gampang membangun sebuah brand. Seperti dikemukakan Hermawan Kertadjaya, Presiden Mark Plus & Co diperlukan waktu, biaya, kreatifitas dan konsistensi. Hal ini pernah ia lakukan dan meminta Ir. Ciputra seorang Begawan dan pioneer property beken (Citra Raya, Taman Impian Jaya Ancol, BSD, Pondok Indah,dll) untuk menggunakan nama CIPUTRA sebagai nama produk propertinya. Maka lahirlah Perumahan Ciputra, Mall dan Hotel Ciputra, Apartemen Ciputra, Kawasan industri Ciputra dan Resort Ciputra. Dan hasilnya, setiap CIPUTRA membangun properti, pembeli langsung menyerbunya walaupun harga yang ditawarkan sangat mahal karena dimata pembeli nama CIPUTRA sudah terbentuk image yang baik sebagai sebuah produk properti berkualitas.

Bila mungkin maksud ungkapan William Shakespeare “What is in a name”—apalah arti sebuah nama-- adalah setiap orang boleh punya nama sebebas bebasnya dengan tidak dikaitkan dengan arti namanya. Maka orang boleh memberikan nama ‘Tuyul’ (makhluk halus bentuknya kecil, botak dan telanjang) diberikan pada seorang bayi yang baru lahir hingga dewasa ataupun diberikan nama ‘Jambrong’ (hitam, sangar, brewokan dan garang) ataupun ‘busyet’ (plesetan keanehan)…. Tentunya agak aneh ditelinga kita bila nama ‘Tuyul’, ‘Jambrong, ‘busyet’ dll melekat pada seorang pejabat penting dan bila disebut namanya mungkin akan tertawa geli mendengarnya….mudah-mudahan orang tua kita tidak akan pernah memberikan nama anaknya dengan nama yang buruk dan asal – asalan yang seharusnya kita ingat akan titah kanjeng Nabi Kita Muhammad SAW. “Berilah nama yang baik agar menjadi doa baginya”

Brand sebuah produk melekat pada keunggulannya, maka brand sebuah ‘nama orang’ melekat dengan apa yang diperbuat dengan karyanya. Sebuah brand mempunyai nilai jual karena produknya, sebuah brand ‘nama orang’ mempunyai nilai jual karena karya yang dihasilkannya

Sama halnya pada brand sebuah produk, brand ‘nama orang’ tidak serta merta begitu mudah melekat pada dirinya, perlu proses yang panjang dan butuh pengorbanan baik waktu, biaya serta dengan kreatifitas dan konsistensinya. Sehingga mempunyai daya pukau, daya jual, daya pikat, pesona sekaligus pembeda dengan nama yang hampir sama sekalipun. Menurut Renald Kasali dalam buku best sellernya Sembilan Fenomena Bisnis, banyak faktor yang membuat brand ‘nama orang’ cepat terkenal dan punya nilai jual. Pertama terbangun dari nama besar pendahulunya, seperti ayah atau kakek uyutnya, dimana sang pendahulunya telah merintis sebuah karya besar, Kedua organisasi yang dipimpinnya sudah sangat dikenal karena telah terbangun dengan sistem yang mapan, Ketiga memang siempunya terlahir dengan talenta yang bagus dan mempunya pengalaman yang mumpuni plus dengan keberanian mempraktekan sesuatu yang baru, Keempat karena kondisi dan desakan tertentu yang membuat si empu melakukan gerakan untuk memenuhi kondisi dan desakan tersebut atau berusaha menutupi kekurangannya dan berusaha tampil sebaik mungkin agar setiap orang berubah pandangan terhadap dirinya. Tentunya diantara keempat faktor tersebut yang lebih baik adalah gabungan ketiganya, dikenal karena pendahulunya, organisasinya sudah mapan dan di dirinya memang mumpuni

JB Versus SBY

Nama SBY bagi kalangan masyarakat Jawa Timur sudah sangat dikenal sebelum pemilihan presiden sekalipun, terutama bagi masyarakat pengguna moda transportasi seperti bus, kereta api dan pesawat terbang. Sebab mereka umumnya mudah menterjemahkan SBY adalah SuraBaYa, berangkat dan pergi, pulang dan menuju Surabaya, bahkan para kenek bus jurusan selalu teriak SBY...SBY saat akan menjemput para penumpangnya…

SBY diparodipolitikan dengan sebutan Si Butet Yogya yang dimainkan oleh Butet Kertaredjasa pada Republik BBM atau News Dot Com BBM juga diplesetkan pada Sahur Bersama Yuk yang disiarkan setiap bulan puasa…

Kalau di Lebak tentunya tidak asing dengan kata JB dan makin populer setelah menampuk tahta Lebak 1, bahkan saking populernya sebagian orang memplesetkan JB dengan kepanjangan Jarang di Belai, JamBrong, Jalan Bagus, Jalan Buruk, Jembatan amBruk, tJagar Budaya, Juragan Bai, Juragan Borongan, Juragan Bupati, Jaringan Bupati, Jalak Banten,dll dengan arti yang beragam. Dan bagi kebanyakan orang lagi tidak mau pusing dengan apa kepanjangan JB ataupun artinya. Bagi mereka JB sudah berbuat sesuatu dengan membangun dan merubah daerahnya hingga menjadi pembicaraan dikalangan petinggi negeri ini dan petinggi lokal yang sederajat dengannya. Toh dengan banyaknya pergunjingan dan pembicaraan yang baik dan buruk tentang JB, justru makin mempopulerkan nama JB itu sendiri bahkan membuat orang makin penasaran!!

Tentu semua orang akhirnya akan tahu bahwa JB yang dimaksud adalah H. Mulyadi Jayabaya, bupati Lebak sekarang walaupun JB (=Jayabaya) adalah nama ayahandanya dari seorang kakeknya Jagabaya. Yang telah merubah kota berwajah kampong menjadi kota modern, Yang membuat gebrakan kemustahilan menjadi kenyataan, yang tentunya seorang manusia yang dibenci tetapi juga di cinta banyak orang….Pertanyaannya kenapa tidak MJ (Mulyadi Jayabaya) seperti halnya SBY (Susilo Bambang Yudoyono, presiden negeri ini)?hanya JB yang tahu sejarahnya….

* Aktifis pemuda dan dosen tamu dibeberapa sekolah Tinggi Ekonomi dan Universitas swasta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna dan Lambang Mathla'ul Anwar

Asal-Usul Khittah Mathla'ul Anwar dan Perubahan Maknanya

Perlunya Kawasan Industri Halal untuk UMKM